Sabtu, 28 Desember 2013

KEAJAIBAN SEMUT

Terkait hal ini, Allah Swt berfirman sebagai berikut:
“Dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Ketika mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, tanpa mereka menyadari.’ Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, ‘Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai. Masukkanlah aku dengan rahmat Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh,” (QS Al-Nami [27]: 17-19).

Disebut dengan sarang semut, karena sebagian besar yang ada pada lembah tersebut adalah semut. Seperti ungkapan orang Arab, “Lembah si Fulan,” berarti bahwa sebagian besar orang yang ada di lembah tersebut anak keturunan Fulan. Ditambahkannya ‘ala (di) bisa jadi karena kedatangan Nabi Sulaiman dan pasukannya dari atas atau melintasi lembah dan sampai selesai. Beberapa penafsiran menyebutkan tempat lembah tersebut. Ada yang mengatakan lembah tersebut berada di Syam karena lembahnya yang banyak ditemui semut.
Sementara menurut Ka’ab, lembah tersebut ada di Thaif. Ada juga yang mengatakan berada di Yaman. Tapi semua itu tidak terlalu penting, karena yang menjadi fokus perhatian adalah kata, bukan tempat. Disebut namlah karena semut itu memiliki sifat terkenal bersih, juga karena sifatnya yang banyak bergerak dan jarang diam.1
Kata naml diacu pada binatang yang berkembang menjadi jenis serangga. Jenisnya mencapai 9.000. Ukuran semut beragam. Ada semut kecil yang hampir tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Ada juga yang berukuran besar. Di samping itu, warna dan bentuknya pun beragam seperti perbedaan dalam ukuran. Kerajaan semut terdiri dari:
1. Ratu semut, yaitu semut betina yang subur (tidak mandul). Fungsinya mengeluarkan telur dan mengatur ketentuan kerajaan.
2. Pekerja, yaitu semut-semut betina yang mandul. Tugasnya melakukan semua pekerjaan di kerajaan semut dengan membagikan makan sesuai ketentuan.
3. Pasukan, yaitu semut-semut jantan yang menjadi pasukan kerajaan.
4. Pejantan, yaitu semut jantan yang subur (tidak mandul). Satu-satunya fungsi semut ini adalah untuk mengawini ratu semut.

Frasa masakinikum, berarti ‘ desamu’, ‘kotamu’, ‘kehidupanmu’, ‘kekuasaanmu’, atau ‘kerajaanmu’. Klausa la yahthimannakum berarti ‘dia tidak memecahkanmu’, ‘tidak menghancurkanmu’, atau ‘tidak membunuhmu’.
Kata hathm berarti ‘memecahkan sesuatu yang keras’. Hathmah juga merupakan nama api neraka, karena ia menghancurkan apa yang menyentuhnya. Hitham juga berarti ‘benda kering yang pecah’. Semut penjaga melarang kawanan semut yang lain untuk keluar atau berhenti di depan Nabi Sulaiman dan pasukannya.
Klausa wa hum la yasy’urun berarti ‘mereka tidak mengerti dengan tempat kalian’. Dengan kata lain, seandainya mereka tahu, niscaya mereka tidak melakukannya. ia berkata kepadamu atas dasar ketidakmampuan. Nabi Sulaiman dan pasukannya dideskripsikan dengan sifat adil. ini tanda ajaran agama, keadilan, kasih sayang, dan sifatnya yang benar.
Sisi Ilmiah Kata-Kata Pada Ayat
Qalat namlah menjadi bentuk negosiasi di antara semut. Apakah semut tersebut jantan atau betina? Dia dikenal dengan nama apa? Diriwayatkan bahwa Qatadah menuju Kufah. Lalu, ia menemui sekelompok orang dan berkata, “Bertanyalah tentang sesuatu.” Pada saat itu, Abu Hanifah ada dan masih muda. Dia diminta bertanya, “Tanyakan kepadanya tentang semut Nabi Sulaiman. Apakah jantan atau betina?” Qatadah tidak mampu menjawabnya. Lalu, Abu Hanifah berkata, “Semut itu betina.” Ada yang bertanya lagi, “Alasan kamu apa?” ia menjawab, “Karena Alquran menyebut qalat namlah. Seandainya jantan, niscaya redaksinya qala namlah. Karena kata namlah bisa berarti mudzakkar (jantan; maskulin) dan muannats (betina; feminin). Oleh karena itu, ia diberikan tanda perbedaan. Orang Arab menyebut hamamah dzakar (semut jantan) dan hamamah untsa (semut betina).”3
Ada yang mengatakan bahwa namanya thakhiah dan harmia. Sampai kini tidak dimengerti mengapa semut diberi nama. Padahal di antara mereka tidak ada yang saling memberi nama. Begitu juga manusia tidak mungkin memberikan nama pada salah satu semut itu. Karena, manusia tidak bisa membedakan satu dengan yang lainnya. Jika ia betina, apakah itu yang menjadi ratu semut ataukah semut pekerja.2
Berbagai pertanyaan terus muncul seputar itu dan tiada akhir. Oleh karena itu, lebih baik kita tidak fokus ke sana. Adapun yang dimaksud dengan kata namlah pada ayat tersebut adalah ratu semut.

Pendapat tersebut didasarkan pada alasan berikut ini:
1. Huruf ta pada kata qalat menjadi penanda feminim (muannats) yang berarti satu ekor, yang bisa jadi ratu semut atau semut pekerja. Bisa juga berarti itu perintah ratu yang diucapkan oleh semut pekerja ditujukan kepada semua semut sebelum habisnya waktu. Indikasi feminin lebih dominan ditujukan kepada ratu semut dibanding semut pekerja, karena ratu semut adalah semut yang subur, sementara semut pekerja adalah semut mandul.
2. Ratu semut adalah induk semua semut. Tak heran bila status keibuannya disegani oleh anaknya dibanding semut yang lain. Itu sangat jelas dari redaksi ayat.
3. Semut ratu adalah semut yang memerintah dan melarang (penentu kebijakan) dalam status kerajaan semut. Kekuasaan ini tidak dimiiki oleh semut lain. Dengan kata lain, ia memiliki kemuliaan, posisi manajerial, dan disegani.
4. Konteks dalam redaksi surah Al-Naml adalah kondisi kerajaan. Karena itu, konteksnya tentang kerajaan yang diwakili Nabi Sulaiman a.s. juga tentang kerajaan Ratu Saba yang diwakili oleh Ratu Saba. Lalu, bagaimana mungkin ihwal kerajaan semut tidak berasal dari ratu semut. Dengan begitu, pembicaraan tersebut memang berada pada posisi tertinggi terkait struktur kerajaan.
5. Segera muncul pertanyaan karena ratu semut selalu berada di dalam sarang, tidak pernah keluar. Lalu, bagaimana ia bisa mengetahui kalau Nabi Sulaiman dan pasukarinya tiba di lembah. Apakah ratu semut melihatnya? Padahal seperti diketahui, penglihatan semut secara umum lemah, bahkan banyak di antaranya yang tidak bisa melihat. Namun, ia bisa merasa melalui berbagai perangkat perasa yang dibekali oleh Allah. Perangkat yang paling penting adalah tanduk perasa (antena).3 Dengan tanduk tersebut, semut bisa menemukan berbagal lubang dan bangkai. Di samping itu, semut bisa merasakan adanya udara, kehangatan, kelembaban, udara kencang, dari suara gemuruh. Bisa jadi, tanduk inilah yang dipergunakan oleh ratu semut, sehingga ia merasakan Nabi Sulaiman dan pasukannya sebelum kedatangan mereka yang mengeluarkan suara gemuruh. Lalu, ía memberikan perintah kepada rakyatnya. Semua itu seperti biasa ia mandatkan kepada pembantunya.
6. Dalam hadis disebutkan bahwa suatu kaum mengalami kekeringan yang sangat parah. Lalu, mereka meminta kepada Nabi mereka untuk keluar melakukan shalat istisqa. Lalu, Nabi keluar bersama umatnya. Ketika itu, ada seokor semut yang mengangkat kepalanya ke langit berdoa kepada Allah agar mereka diberi hujan. Lalu, Nabi berkata kepada kaumnya, “Kalian tidak perlu berdoa. Pulanglah. Doa kalian telah dikabulkan berkat doa semut ini.” Berdasarkan cerita ini, ada yang bertanya, “Apakah yang berdoa irii ratu semut atau semut biasa?” Menjawab pertanyaan ini, dapat diberi komentar bahwa semut il-il adalah semutbiasa. ia memilild tugas untuk rajin, giat berusaha, dan mengumpulkan makanan. Ini adalah tugasnya. Ketika ia telah mengerahkan segala kemampuannya tanpa ada hasil, tidak mungkin ia akan kembali ke sarangnya dengan tanpa hasil. Karena itulah, ia memohon kepada Allah agar ía diberikan rezeki untuk menyempurnakan tugasnya. Raja semut adalah yang terakhir merasakan lapat dan haus dibandingkan dengan masyarakatnya.

7. Dalam ayat tersebut, kata namlah disebut secara nakirah (indefinitif). Tujuannya untuk mengambil pelajaran berupa pengagungan. Pada saat yang sama, nakirah bertujuan untuk membaurkan seseorang atau seekor dalam satu komunitas yang melakukan kegiatan dengan sempuna. Oleh karena itu, masing-masing menjadi rahasia bagi komunitasnya. lni merupakan karakteristik semut yang tidak diketahui oleh mereka yang menolak kebenaran atau materialis. Masyarakat semut adalah masyarakat yang saling tolong-menolong. Semut yang paling kaya dalam masyarakatnya merupakan semut yang mengorbankan dirinya untuk masyarakatnya.
Terkait “udkhulu masakinakum“ masuklah ke sarang-sarang kalian, Allah Swt tidak mengatakan, “Udkhulna.” Karena, ketika Allah menciptakannya berbicara, maka posisi semut pada saat itu sama dengan posisi orang berakal ketika diajak bicara. Karena ucapan hanyalah untuk orang berakal. Panggilan tersebut menyentuh hati nurani mereka, yaitu masuklah lihatlah bagaimana ia digambarkan memiliki akal, pemahaman, kemampuan memanggil saudaranya, memerintahkan mereka untuk berlari dari keburukan, dan perintah masuk sarang untuk mencari perlindungan agar tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman dan pasukannya tanpa dirasakan oleh mereka.
Semua itu mengandung peringatan untuk membangunkan akal tentang apa yang dianugerahkan kepada semut dari segi ketelitian, keteraturan, dan politik. Di samping itu, ia juga memberikan gambaran keindahan arsitektur sarang dan lubangnya. Sarang semut terletak di bawah tanah. Di dalam sarangnya terdapat lubang-lubang, lorong-lorong, dan kamar yang memiliki tingkatan kelas. Mengenai sarang semut ini, dapat dijelaskan secara rinci seperti berikut. Panggilan ratu semut kepada semut yang berada di bawah perintahnya dan proses pengumpulan mereka, menunjukkan retorika politik dan hukum dalam menjalankan tugasnya.
Kata masakin (sarang) berbentuk kata jamak (plural). Itu menunjukkan bahwa semut tidak terbatas hanya mengurus satu sarang. Akan tetapi, ada jenis sarang lain yang ada di tempat lain di sekitar lingkungan itu. Ada sarang yang dibangun di tanah dan ada yang di atas pohon, seperti manusia membangun rumah di atas gunung.
Ketika penduduk Mesir kuno membuat ruang bawah tanah, gua-gua, lubang-lubang, dan bangunan-bangunan di atasnya seperti piramid, kita tidak tahu siapa yang mengajarkan mereka. Namun dengan keyakinan yang kuat bahwa semut diberikan petunjuk oleh Allah tanpa proses belajar dan latihan. Semut Iebih dahulu jutaan tahun lamanya menciptakan sarang dibawah tanah dan di atas pohon sebelum manusia.
Pengungkapan sarang menggunakan kata maskan, menunjukkan ketenangan, ketentraman, keamanan, kebahagiaan, dan kekeluargaan. Semua itu teijadi setelah usaha yang panjang. Semua itu tidak akan terjadi tanpa adanya kemampuan sarang penampung semua kebutuhan hidup penghuninya yang disertai dengan aturan kuat dan fitrah yang benar. Redaksi udkhulumasakinakum “masuklah ke sarang-sarang kalian”, merupakan tanda pentingnya perintah bagi siapa saja yang berada di jalanan untuk menyingkir dan yang ditemukan di jalan harus disingkirkan.
Kondisi ini sama dengan orang yang sedang berjalan di tengah jalan raya pada malam hari. Terkadang pakaiarinya gelap, sehingga tidak terlihat oleh orang lain yang bisa menyusahkan bagi pengendara motor untuk melihatnya. Ia berada pada posisi berbahaya. Dalam kondisi seperti ini, ia harus menyingkir dari jalan untuk menghindari kecelakaan.
Klausa la yahthimannakum “jangan sampai kalian diinjak”, mendorong kita berpikir apa yang dimaksud dengan tahthim (menginjak). Apakah menginjak jiwa, badan, atau keduanya? Lalu, mengapa kata tersebut menggunakan kata tahthim? Al-Fakhr Al-Razi berkomentar, “Ratu semut memerintahkan masyarakatnya untuk masuk karena takut kaunmya melakukan maksiat.
Karena jika mereka melihat keagungan Nabi Sulaiman, bisa jadi kaumnya kafir kepada nikmat Allah Swt. Inilah yang dimaksud oleh firman Allah Swt, ‘Agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman.’
Oleh karena itulah, mereka diperintahkan untuk masuk agar mereka tidak melihat nikmat Nabi Sulaiman dan tidak kafir kepada nikmat Allah Swt. Ini merupakan pelajaran bahwa terlalu mengejar kemewahan dunia tidak bagus.”4
Al-Qurthubi berkata dalam kitab tafsirnya, “Tidak ada istilah menginjak atau merusak jiwa. Yang ada adalah menginjak atau merusak hati, takut ia berkeinginan untuk mengumpulkan apa yang diberikan atau takut terkena fitnah dunia, karena mereka sibuk melihat kekuasaan Nabi Sulaiman dan lupa berzikir juga bertasbih kepada Allah.”5 Tidak mengherankan ketika AlFakhr Al-Razi dan Al-Qurthubi berkomentar seperti itu.
Ketika kita merenungkan apa yang dikatakan oleh semut, niscaya kita akan mengerti kehebatan makhluk yang memiliki pemahaman akal dan kehebatan bahasa itu. Melihat sistem kehidupan bermasyarakat yang ideal, sangat mungkin apa yang dikatakan oleh semut bertujuan untuk menginjak atau merusak kesehatan jiwa dan hati secara besar-besaran.
Dari segi ilmiah, kata ini sendiri memiliki makna ilmiah yang dalam. Ini tidak teijadi pada kata lain. Kita mengerti bahwa rangkaian tulang manusia berada di dalam tubuh manusia. Jika satu atau lebih tulang yang patah, tidak sampai merusak tubuh secara keseluruhan, bahkan kerusakan itu bisa diobati. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan kondisi semut. Rangka semut menyelimuti semut dan luar badannya. Semut merupakan serangga, sama seperti binatang lain yang arthropoda.6 Badannya dilindungi oleh kulit.
Fungsi rangka ini adalah menjaga anggota tubuh dari susunan dalam dan goncangan mekanis, sebagaimana bersambungnya otot yang bertumpu padanya, mempengaruhi perkembangnnya, dan menggerakkannya dengan gerakan tertentu. Rangka ini tidak hanya menutupi badan serangga dari luar dan melindunginya semata, tetapi ia juga mengondisikan hentakan yang terjadi secara alami dan kulit (ektoderm),7 seperti fungsi rongga mulut, bagian depan dan belakang sistem pencernaan, kantong udara, juga berbagai kelenjar yang terbuka di ujung kulit. Dinding badan serangga teratur dan terbatas. Ia tidàk bisa melebar kecuali dalam waktu tertentu dan masa yang singkat mengikuti proses berganti kulit (moulting).8 Kulit inl berbeda-beda dari segi kekerasan dan ketebalannya. Ada kulit yang sangat tipis, yang memberikan kemudahan dalam bergerak.
Kulit ini berada di antara persendian badan. Terkadang pada bagian tertentu kulit sangat tebal dan di bagian lain sangat tipis. Kekhususannya dari segi kimia. Semut tidak tenggelam pada air atau alkohol atau tempat lain. Ia juga tidak tenggelam pada zat asam yang diringankan, atau alkali yang diringankan. Namun, ia bisa tenggelam pada zat asam yang dibuat. Pada tema ini tidak dibahas terlalu dalam mengenai rangka dan karakteristik secara kimia dan tabiatnya.
Pembahasan ini menjelaskan kepada kita bahwa rangka ini terancam bahaya seperti ketika terkena hentakan dibawah kaki. Bisajadi serangga itu hancur dan rusak akibat hentakan tersebut. Ketika salah satu bagian semut terpecah, maka rusaklah semua badan dan keluarlah isinya lalu kering dan mati. Pecah yang dimaksud di sini tidak biasa, tetapi pecah yang berakibat pada kehancuran serangga secara keseluruhan dan kematiannya. Oleh karena itu, kata ini dengan sendirinya menjelaskan makna ilmiahnya secara mendalam tentang susunan badan serangga, yaitu semut.
Apakah semut yang disebut pada ayat di atas termasuk pasukan Nabi Sulaiman a.s.? Lalu, bagaimana ia bisa mengenal bahwa yang datang adalah Nabi Sulaiman dan pasukannya.
Perkiraan sebagian besar orang adalah semut tersebut bukan pasukan Nabi Sulaiman a.s. Perkiraan tersebut berdasarkan firman Allah Swt berikut:

“Dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan),” (QS Al NamI [27]: 17).
Semut bukan termasuk dalam kelompok yang dlsebut dalam ayat tersebut. Firman Allah Swt, “dari jin, manusia, dan burung,” menjelaskan bahwa pasukan Nabi Sulaiman terdiri dari tiga kelompok, yaitu kelompok jin, sebagai simbol kekuatan untuk urusan yang tersembunyi dan gaib (ruhani); kelompok manusia, yaitu kelompok yang menjelaskan segala perintah, menyerang musuh dan menjaga kerajaan; dan kelompok burung, yaitu kelompok yang membawa informasi, membawa surah kepada pemilik dan pimpinannya. Mungkin pertanyaan terbatas pada penyebutan jin dan burung dikarenakan posisinya yang tidak lazim dalam pasukan.
Karena itulah, tidak disebutkan kuda yang termasuk dalam pasukan. Lalu, apakah dengan alasan seperti itu, semut juga tidak di sebutkan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Allah Swt berfirman sebagal berikut:
“Seekor semut berkata, ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang-mu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, tanpa mereka sadari,” (QS Al-Naml [27]: 18).
Perkataan semut tersebut menunjukkan bahwa ia bukan termasuk pasukan Nabi Sulaiman. Seandainya ia termasuk pasukan, Ia pasti masuk dalam barisan yang lain. Akan tetapi, ia memerthtahkan pasukannya untuk masuk ke sarang-sarangnya dan menjauh dari jalan yang dilalui oleh Nabi Sulaiman dan pasukannya.
Ia adalah ratu yang sebenarnya dan merdeka. Nabi Sulaiman tidak memiliki kekuasaan terhadap semut tersebut. Hanya saja, Nabi Sulaiman mengerti bahasanya dengan izin Allah dan mengambil pelajaran dari sikap semut, sehingga membuatnya bisa tersenyum. Lalu, bagaimana semut itu bisa mengetahui bahwa yang akan lewat adalah Nabi Sulaiman?
Alam ini secara keseluruhan saling terkait dengan sangat sempurna. Semuanya bertasbih menyembah Allah.

Apakah dari sisi ini semut tersebut mengenal Nabi Sulairnan? Atau, apakah jenis lain mengetahui siapa saja yang diutus Allah. Apakah semua jenis makhluk beriman dengan semua nabi yang diutus pada zamannya?
Dalam sejarah Rasulullah Saw terdapat berbagai kisah yang menceritakan masalah ini. Salah satu cerita sahih bukti kenabian Rasulullah Saw adalah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin Samrah yang mendengar Nabi Saw bersabda, “Saya mengetahui bahwa batu di Mekah memberikan salam kepadaku sebelum saya diutus. Sekarang pun saya tahu.”
Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas yang menuturkan bahwa suatu hari malaikat Jibril datang kepada Rasulullah Saw. Saat itu, Nabi duduk dalam kondisi sedih berlumur darah lantaran dipukul penduduk Mekah. Lalu, malaikat Jibril berkata, “Apa yang terjadi denganmu?” Rasulullah Saw menjawab, “Seseorang telah melukal aku, lalu yang lain mengikutinya.”
Malaikat Jibril berkata, “Apakah engkau berkenan jika àku memperlihatkan sesuatu?” Rasulullah menjawab, “Ya, perlihatkanlah kepadaku.” Lalu, RasuIullah melihat pohon di belakang lembah. Malaikat Jibril berkata, “Panggillah pohon tersebut.” Lalu, Nabi memanggilnya. Datanglah pohon tersebut sampai di depan Rasuluilah Saw.
Malaikat Jibril berkata, “Perintahkan ia supaya ia kembali ke tempat semula.” Lalu, Nabi memerintahkannya untuk kembali. Seketika itu, kembalilah pohon tersebut ke tempatnya semula. Rasulullah Saw lalu berkata, “Cukuplah bagiku (akan kekuasaan Allah).”
Bukti lain kenabian adalah rintihan batang kayu. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Jabir bin Abdullah r.a. yang mengatakan bahwasanya seseorang perempuan Ansar berkata kepada Rasulullah Saw.
“Ya Rasulullah, maukah engkau jika aku membuatkan sesuatu yang bisa engkau duduki. Saya memiliki anak yang menjadi tukang kayu.” Rasulullah Saw menjawab, “Jika engkau berkenan.” Lalu, perempuan tersebut membuatkan mimbar. Pada hari Jumat, Rasulullah Saw duduk di atas mimbar tersebut. Lalu, pohon kurma yang digunakan untuk berkhutbah berteriak hampir terbelah. Lalu, Rasulullah Saw turun dan merapatkan mimbar kayu kembali. Lalu, perempuan tersebut tersedu sampai terdiam.
Abu Hatim Muhammad bin Hibban meriwayatkan satu informasi dari Abu Said AlKhudhri bahwa di tengah-tengah sahabat ada seorang penggembala yang menggembala di padang pasir. Seekor serigala memangsa domba si penggembala. Lalu, sang penggembala mendatangi serigala tersebut untuk mengambil kembali domba yang dimangsanya. Serigala tersebut berkata kepada si penggembala, “Bukankah engkau bertakwa kepada Allah yang telah memberikan rezeki ini kepadaku.” Penggembala tersebut berkata, “Sungguh menakjubkan, seekor senigala bisa berbicara seperti manusia berbicara.” Serigala itu berkata lagi, “Maukah aku beri tahu kamu sesuatu yang lebih mengagumkan dari ini semua? Rasulullah Saw saat ini sedang memberikan kabar tentang hal ini.”
Lalu, penggembala tersebut menggiring dombanya ke Madinah, lalu menempatkannya di pinggiran kota. Lalu, ia menghadap kepada Rasulullah Saw dan menceritakan apa yang dikatakan oleh serigala tersebut. Lalu, Rasulullah Saw keluar dan meminta penggembala tersebut, “Beritahukan apa yang dikatakan oleh serigala tersebut kepada orang-orang.” Lalu, Rasulullah Saw bersabda, “Penggembala ini benar. Ketahuilah bahwa tanda-tanda Hari Kiamat adalah binatang buas bisa berbicara seperti manusia. Demi Zat yang jiwaku di tangannya, Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai binatang buas berbicara kepada manusia, seseorang bisa berbicara dengan sandalnya dan pukulan pecutnya, serta pahanya bisa memberitahukan kondisi keluarganya.”
Ahmad r.a. meriwayatkan satu hadis dari Abdullah bin Ja’far yang bercerita bahwa dia suatu hari mengikuti Nabi Saw. Beliau mengatakan kepadanya, “Aku tidak pernah memberitahukan seseorang.” Rasulullah Saw senang menyembunyikan sesuatu yang ia tuju.
Pada suatu hari beliau masuk ke kampung kaum Ansar. Lalu, seekor unta mendatanginya dengan mata yang terbelalak. Bahz dan Affan berkata, “Tatkala melihat Nabi Saw, unta tersebut meringkik dan air matanya mengalir.
Lalu, Rasulullah Saw mengusap ekornya hingga unta tersebut tenang.”
Nabi kemudian bertanya, “Unta ini milik siapa?” Lalu, seorang pemuda Ansar datang dan berkata, “Itu milikku, Rasulullah.”
Lalu, Rasulullah berkata kepadanya, “Apakah engkau bertakwa kepada Allah sehubungan dengan binatang yang diberikan Allah kepadamu? Ia mengadu kepada bahwa engkau tidak memberikan makanan (membuatnya lapar) dan menyiksanya.”
Bahkan, benda padat juga bisa memiliki perasaan dan emosi. Allah Swt berfirman sebagai berikut:
“Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang mereka nikmati. Demikianlah Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. Lalu, langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh,” (QS Al-Dukhan [44]: 25-29).
Sayyid Qutlib berkata, “Para pembangkang memenuhi dunia ini tanpa merasa ada sesuatu baik di dunia maupun di langit. Mereka juga tidak merasa sedih dengan apa yang ada di dunia dan di langit. Mereka hanya menyebar fitnah. Mereka melakukan paksaan di dunia dan menginjak-injak manusia dengan sandalnya (merendahkan martabat manusia). Mereka bertindak tanpa ada rasa menyesal. Lalu, alam ini menghukum mereka karena mereka memisahkan diri dari alam. Alam ini beriman kepada Tuhannya, sementara mereka mengingkari semua itu. Mereka itu individu-individu yang hina dan terbuang dari alam tempat mereka hidup. Seandainya mereka merasakan apa yang mereka lakukan terhadap alam, niscaya mereka akan menyadari penghinaannya kepada Allah dan kepada seluruh alam ini. Mereka juga akan mengerti bahwa alam yang mereka tempati adalah alam yang fana, karena tindakannya yang tidak dilandasi oleh rasa keimanan.”9
Di akhirat nanti, tidak ada batas pemisah. Hanya ada satu bahasa yang dipergunakan dan dipahami. Pada saat itu, hanya ada ilmu keyakinan. Marilah kita renungkan firman Allah Swt berikut:
“Bahkan, mereka mendustakan Hari Kiamat dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan Hari Kiamat. Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh. Mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya,” (QS A1-Furqan 1251: 11-12).
Neraka disiapkan untuk mereka yang ingkar. Mereka melihatnya dari tempat yang paling tinggi, bahkan lebih tinggi lagi, seperti orang yang marah ketika dadanya bengemuruh karena menahan marah.
Kata zafir sebenarnya berarti suara yang didengar dari lubang. Ini menunjukkan kemarahan yang berhenti. Perumpamaan seperti ini juga pada firman Allah Swt berikut:
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahanam. Itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedangkan neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, ‘Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” (QS Al-Mulk (671: 6-8).
Neraka melihat dan terpengaruh oleh yang dilihatnya. Ia marah jika melihat kaum kafir. Dan semua itu kita dapat mengambil pelajaran bahwa benda-benda yang ada di dunia dan akhirat memiliki perasan dan emosi. Ada yang menangis karena kekuasaan Allah di dunia. Ada yang marah ketika melihat kaum kafir. Di akhirat marah dan mernpengaruhi jilatan dan gemuruh suaranya karena melihat mereka. Untuk itu, kita memohon kepada Allah agar selamat dari neraka dan menjadi ahli surga.
Kita mengetahui bahwa para kekasih Allah di alam ini saling berhubungan. Mereka mengikuti ketentuan Allah Swt. Mereka tidak mendengar apa yang tidak diizinkari Allah Swt untuk didengar. Mereka tidak melihat apa yang tidak diizinkan oleh Allah untuk dilihat, tidak memanjangkan tangan untuk sesuatu yang tidak diizinkan Allah.
Mereka tidak berjalan dengan kakinya kecuali kepada apa yang diizinkan Allah untuknya. Mereka mencintai apa yang dicintai Allah. Mereka tidak melindungi orang yang durhaka kepada Allah. Mereka menolong agama Allah setiap waktu dan setiap tempat. Bahkan, jika termasuk orang yang mencintai Allah, mereka bisa mendengar dengan kekuasaan Allah, melihat dengan cahaya Allah.
Semua ini menegaskan bahwa hadis Rasulullah Saw itu berasal dari Allah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yang mendengar Rasulullah Saw bensabda, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman, ‘Siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku izinkan ia diperangi. Sesuatu yang Aku senangi dan hamba-Ku yang mendekatkan diri kepada-Ku adalah dengan apa yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan berbagai ibadah sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengaran apa yang ia dengar dan pengelihatan apa yang ia lihat, tangan apa yang ia pukul, kaki yang ia pergunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan. Jika ia berlindung kepada-Ku, niscaya Aku akan lindungi,” (HR Al-Bukhari).
Contoh lain adalah kehebatan para sahabat Rasulullah Saw. Salah satunya adalah Umar bin Al-Khaththab ra. Pada hari jumat, Umar bin Al Khaththab menaiki mimbar Rasulullah. Ketika menyampaikan khutbah, Umar bin Al-Khaththab berkata, “Wahai Sariah bin Hushn, perhatikan gunung itu. Yang mengejar serigala adalah orang zalim.” Lalu, jamaah saling memandang. Ali bin Abu Thalib berkata, “Dia benar. Allah-lah yang memberinya kemampuan terkait apa yang dikatakannya.”
Ketika Umar selesai melakukan shalat, Ali bertanya kepadanya, “Apakah yang mengganggumu ketika khutbah?” Umar menjawab, “Maksudmu yang mana?” Ali bin Abu Thalib berkata, “Perkataanmu, ya Sariah, perhatikan gunung itu. Siapa yang mengejar serigala, maka ia zalim.”
Umar bertanya-tanya, “Apakah benar itu dari diriku?” Ali bin Abu Thalib menjawab, “Ya. Semua jamaah mendengarnya.” Umar bin AlKhaththab menjawab, “Firasatku mengatakan bahwa kaum musyrikin sedang menganiaya saudara kita. Mereka menguasai hak-haknya. Mereka berjalan di gunung. Seandainya mereka mengadili saudara kita, niscaya mereka membunuh siapa saja yang mereka temukan. Mereka telah menang. Seandainya mereka melewati, niscaya mereka binasa. Lalu, keluarlah apa yang aku katakan tadi, yang kalian semua mendengamya.”
Setelah satu bulan, ada kabar kemenangan. Diceritakan bahwa pada hari itu mereka mendengar apa yang disampaikan oleh Umar. Ketika melewati gunung, mereka mendengar suara seperti suara Umar bin Al-Khaththab berkata, “Ya Sariah, perhatikan gunung itu.” Mereka berkata, “Kami pun melawan mereka, lalu Allah memberikan kemenangan kepada kami.”
Umar bin Al-Khaththab adalah orang yang diberikan ilham, memiliki kekuatan nurani, sehingga jarak tidak berarti baginya. Penglihatannya seperti bulan terang. Lalu, ia mengingatkan sahabatnya, Sariah bin Hushn.
Ia lalu menjawabnya seakan berada di dekatnya, sampai akhirnya kemenangan pun tercapai. Allah Swt yang memperdengarkan. Ini sebagaimana ketika Allah memberikan kekuatan dan pemahaman kepada Nabi Sulaiman untuk mendengar ucapan semut.
Kekuatan itu diberikan dari beberapa jarak. Allah juga yang memperdengarkan ucapan Umar bin Al-Khaththab r.a. kepada Sariah dari jarak yang jauh. Begitulah kemampuan orang yang beniman dengan benar. Mereka mendengar dan melihat dengan kekuasaan Allah. Pada masa Utsman bin Affan r.a., ada seorang laki-laki keluar. Lalu, Utsman berkata, “Aku melihat ada tanda-tanda perzinaan di kedua matamu.” Laki-laki itu menjawab, “Apakah itu wahyu setelah Rasulullah, Utsman?” Utsman menjawab, “Hindarilah firasat orang yang beriman, karena ia melihat dengan cahaya Allah.
CatatanAkhir:
1. Al-Qurthubi, Al-Jami’ Ii Ahkam Alquran, Darul Fikr, jil. 7, hIm. 158
2. Tafsir Fakhr Al-Razi, Dar Al-Fikr, jil. 12, hIm, 188.
3. Ratu semut adalah semut betina muda yang memiliki satu-satunya tugas, yaitu menelurkan telur untuk rnenghasilkan keturunan dalam kerajaan semut dan rayap. Bentuk Iuarnya berbeda dengan semut lain, baik dari semut yang subur maupun semut yang mandul. Dia dibantu oleh semut-semut pekerja dalam hal makanan dan kepemimpinan umum. Pakerja (syaghhalat atau amilat) merupakan bentuk tunggal dari kata syaghalah atau amilah. Pekerja terdiri dari berbagai kelompok serangga seperti lebah, semut, lalat sapi, rayap, semut pekerja. Pekerja ini juga termasuk kelompok serangga seperja lebah, semut, lalat sapi, rayap, semut pekeria, betina-betina mandul. Pekerja ini melakukan semua pekerjaan yang sesuai untuk kelangsungan hidup masyarakat. Jumlahnya meningkat sesuai dengan jumlah masing-masing kelompok.
4. Tanduk yang berfungsi sebagai perasa (antena) adalah bagian tubuh yang memanjang yang bergerak-gerak. Ia merupakan alat yang terbuat dari gabungan (putus-putus). Alat ini keluar dari kepala binatang tidak betulang, khususnya pensendian dasarnya yang menjadi perkembangan sebagian kelompok serangga
5. Lih. Tafsir Al-Fakhr Al-Razi, Op. Cit.
6. Lih. Tafsir Al-Qurthubi, Op. Cit.
7. Arthropoda adalah kelompok binatang termasuk berbagai jenis serangga, laba-laba, binatang berkulit keras (crustacea), dan binatang yang memiliki banyak kaki. Ia merupakan jenis binatang yang paling banyak. Badan binatang dibedakan dengan pembagian yang jelas dan sisi lemah dan keras. Binatang jenis ini termasuk binatang gurun. Ia memillki berbagai tambahan di kepala, dada, dan perut. Tambahan ini merupakan bagian yang terpisah dari badan.
8. Ektoderm adalah kulit luar. Ia merupakan kulit bayi yang di luar memiliki tiga tingkatan awal pada janin binatang. Atau, Ia merupakan kulit binatang bagian paling luar Dua tingkatan yang lamnyaitu kulit length (mezoderm) dan kulit dalam (endoderm) tumbuh ketika bayi berkembang. Kulit luan terdiri dan janingan otot. KulIttengah terdiri dad otot-otot, pembuluh danah, dan lain-lain. Dan, kulitbagian dalam terdini den penis dan lambung.
9. Moulting adalah proses panting yang dialand oleh binatang tak bertulang belakang, sepertl serangga, untuk membuang kulit tuanya danmengganflnya dengan kulitbaru. Proses ini tenjadiberkali-kali selama sikhis kehidupannya. Inibertujuanuntukmembantu proses pe&embangandan penubahan dan waktu ke waktu sampai proses tersebut sempunna. Pada burung juga tenjadi proses seperti ini.


10 hikmah belajar dari semut

Pada kategori Penyala Semangat, Tahukah Antum? » Dikirim oleh: al fatih muhammad

PEDULI
Peduli dan peka terhadap segala hal yang terjadi dalam lingkungan-nya serta selalu memelihara rasa cinta kasih kepada sesama.

POSITIF & ANTUSIAS

Selalu antusias dalam berpikir dan bertindak demi mencapai tujuan berusaha. Namun segala pemikiran dan tindakan tersebut bersifat positif demi menjaga kelangsungan usaha.
INISIATIF
Memiliki inisiatif dalam menjalankan usaha berdasarkan motivasi yang kuat untuk maju dan mencapai tujuan tanpa menunggu komando, dan tanpa menyimpang dari kebijakan perusahaan atau negara.
RENDAH HATI
Berusaha selalu optimis dalam setiap langkah, namun tidak sombong dan selalu menghargai serta menghormati orang lain.
KREATIF & INOVATIF
Selalu kreatif dalam berusaha dengan melakukan berbagai inovasi agar dapat memenang-kan persaingan dan menjadi Leader dalam lingkungannya.
DISIPLIN & BERTANGGUNG JAWAB
Memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan hidup kegiatan usaha. Untuk itu, diperlukan disiplin yang tinggi dalam menjalankan semua peraturan/ketentuan demi mencapai tujuan.
KERJASAMA
Mampu menjalin kerjasama untuk menggalang kemitraan dengan semua kalangan dalam menjalankan tugas agar sukses mencapai tujuan.
PRODUKTIF
Bekerja secara profesional, tekun, dan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal.
KOMITMEN & TABAH
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap semua keputusan/peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab melaksanakannya tanpa tawar-menawar.
KOMUNIKATIF
Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menguasai tekniknya secara baik, sehingga mampu menyampaikan segala informasi yang diperlukan tanpa menimbulkan kesalah-pahaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar